Jumat, 25 Desember 2020

Kehadiran Agama di Bumi

    Pada tanggal 27 November 2020, pukul 09.00 wita di kabupaten Sigi, Sulawesi-Tengah terjadi pembantaian sadis oleh sekelompok orang yang diduga sebagai kelompok teroris. Pembantaian sadis dengan cara memenggal kepala dan membakar rumah korban ini adalah tindakan yang tak bermoral dan menyisakan kesedihan mendalam. Penduduk desa Lemba Tongoa merasa sangat terancam keamanannya dan merasakan ketakutan yang luar biasa atas pembantaian yang keji itu. Salah satu rumah yang dibakar adalah rumah yang sering digunakan masyarakat kristen untuk beribadah dan hal ini semakin menguatkan kekhawatiran mereka untuk tidak dapat beribadah lagi. Desa yang tadinya terkenal dengan kehidupan toleransi umat beragama yang harmonis tiba-tiba berubah menjadi tempat yang menyeramkan dan intoleransi dalam bentuk pembantaian yang sadis. Kondisi ini tentu bukan sebuah kehidupan yang diinginkan penduduk Sigi bahkan oleh seluruh masyarakat Indonesia yang memiliki hak hidup damai dan beribadah dengan tenang. 



      Dua bulan yang lalu kita dikejutkan dengan adanya pemenggalan kepala seorang guru di Perancis karena dianggap telah menghina Nabi Muhammad. Sementara itu pada tanggal 10 November yang lalu kedatangan Rizieq Shihab dari Jeddah menyebabkan macet total di Bandara Soekarno-Hatta karena disambut oleh ribuan pendukungnya yang mengabaikan protokol covid-19. Kepulangan tokoh besar FPI ini membawa suasana yang tadinya tenang berubah menjadi ricuh karena banyak pendukungnya yang tidak menaati peraturan lalu lintas, bahkan seenaknya berhenti di jalan tol. Rizieq Shihab yang dipercaya oleh banyak pengikutnya dianggap sebagai penyelamat dan kedatangannya ke Indonesia disambut dengan meriah. Walaupun banyak pihak yang terganggu dengan cara penyambutannya, Rizieq Shihab tetap melakukan konvoi bahkan dari Bandara Soekarno-Hatta ke markas FPI di petamburan Jakarta-Pusat.

      

 Beribadah adalah kegiatan manusia beragama yang ingin merawat relasinya dengan Tuhan sekaligus membangun kepercayaan diri terhadap kondisi dunia yang dianggap semakin lama menenggelamkan nilai-nilai keagamaan. Beribadah juga dianggap sebagian kalangan masyarakat sebagai kegiatan yang suci untuk mengungkapkan segala permohonan dan doa kepada sang maha Kuasa. Indonesia terkenal dengan negara yang mengakui lima agama yang mendapatkan kepastian untuk dapat hidup dalam aroma toleransi yang semerbak. Setiap warga negara memiliki kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Sampai pada saat ini, beribadah adalah kegiatan yang selalu menjadi prioritas dalam kehidupan sosial masyarakat di Indonesia. Mereka yang memiliki agama selalu identik dengan kegiatan beribadah yang menjadi tolok ukur kehidupan manusia Indonesia. Agama adalah tonggak yang menjadi dasar masyarakat Indonesia menjalani kehidupan mereka yang penuh dengan tradisi dan kultur yang kental. Agama selalu dianggap hal yang utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari, bahkna tak jarang kita mendengar seseorang tanpa rasa sungkan bertanya "agamamu apa" dan memiliki agama adalah satu hal yang wajib bahkan menjadi inti dari kehidupan manusia Indonesia dalam menjalankan hidup mereka sehari-hari.

                            

                                 

                                                                foto diambil dari Google


         Peristiwa demi peristiwa yang sering kita lihat akhir-akhir ini cenderung menggambarkan keberadaan agama dan kegelisahan manusia dalam memahami agama dalam arti yang sesungguhnya. Tindakan manusia yang selalu mengatasnamakan agama sering kita saksikan dalam berita dan bahkan terjadi di lingkungan sekitar kita. Beberap orang yang selalu menyerukan agama dan kepercayaannya dan merasa mewakili suatu agama tertentu tanpa segan melakukan tindakan yang dirasa dan dianggapnya benar, padahal meresahkan lingkungan sekitarnya. Setiap tindakan di masyarakat selalu diukur dari kacamata agama yang menurut standart golongan tertentu, hal itu adalah benar dan penting. Anak-anak di sekolah diajarkan melakukan sesuatu yang harus berdasarkan ajaran agama dan wajib tidak dilanggar. 
        Agama secara kasat mata telah menjadi tolok ukur hidup masyarakat di beberapa tempat di Indonesia. Lalu, bagaimana dengan manusia Indonesia sendiri? Manusia lahir ke dunia sebagai individu yang merdeka, dan memiliki kebebasan yang hakiki. Akan tetapi ketika banyak aturan yang dibuat seiring dengan hiruk pikuk orang beragama, manusia seakan  terpenjara oleh aturan-aturan itu dan kehilangan kemerdekaan pribadi. Keberadaan manusia saat ini lebih menitikberatkan pada apa yang disebut dengan pulang kepada ajaran agama. Jika kita melihat pada kisah dalam kitab suci tentang Tuhan menciptakan manusia Adam dan Hawa, yang kemudian lahir manusia-manusia lain yang menjadi keturunan dari kedua manusia asal itu. Manusia-manusia ini kemudian berkembang dan menjadi manusia-manusia yang berbeda dan beragam. Dunia kemudian penuh dengan keragaman, kebhinekaan, serta perbedaan-perbedaan yang timbul bersama semakin banyaknya spesies manusia yang lahir.
      Ketika seorang ilmuwan Charles Darwin (1809-1882) hadir dengan teori evolusinya, banyak pro dan kontra yang menimbulkan keresahan di masyarakat, khususnya di kalangan umat beragama. Mereka yang meyakini tentang ajaran di kitab suci tentang Adam dan Hawa, tentu tidak akan menerima pernyataan Darwin tentang evolusi manusia yang berasal dari sejenis hewan kera. Kehadiran para ilmuwan kemudian dianggap sebagai ancaman bagi manusia yang beragama dan harus ditentang. Ilmu pengetahuan adalah perkembangan pemikiran manusia yang telah hadir sejak manusia mengenal peradaban, dan ketika ilmu pengetahuan hadir dan membawa banyak perubahan dalam hidup manusia, maka kalangan masyarakat yang sangat fanatik dengan pandangan agamanya merasa mendapat ancaman baru dalam hidup mereka.
 


 Teknologi dan Manusia     

      Sementara itu perkembangan zaman yang terus bergulir tidak mampu menampik kehadiran teknologi yang merubah secara drastis kehidupan manusia sampai pada saat ini. Peran sosial media sekarang melampaui apa yang dikatakan Darwin dalam teori evolusinya. Jika manusia dulu berkembanga dari perubahan hewan kera yang berevolusi, saat ini manusia hidup justru diperbudak oleh teknologi yang hadir dalam rupa gadget dan alat-alat robotik. Akan tetapi kehadiran teknologi juga membantu kehidupan manusia dalam menjalankan ritual beragama; pada saat pendemi korona tersebar luas, ibadah kemudian dibatasi dan semua umat diharuskan melakukannya secara virtual di rumah masing-masing. Tentu saja cara baru ini terasa janggal dan kurang berkenan. Walaupun demikian, umat tetap harus mengikuti aturan yang ditentukan untuk melakukan ibadah secara virtual dan tidak boleh melanggar protokol kesehatan. Itulah lika-liku kehidupan manusia saat ini yang sedang menjalani masa-masa krisis di tengah-tengah pandemi korona.   
       Di penghujung akhir tahun ini, ketika pandemi korona masih menyelimuti bumi secara masif, kita patut melakukan refleksi atas peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di negara kita. Kita melihat banyak orang yang berlindung pada kekuatan agama tanpa melihat esensi dirinya yang justru harus merawat relasi pribadi dengan Tuhan. Keterikatan kepada agama seolah membuat manusia mengabaikan sang pencipta yang telah ada sebelum agama hadir. Cara pandang yang kabur tentang agama seolah-olah menggeser posisi Tuhan yang seyogyanya memiliki posisi utama dalam hidup manusia. Agama yang lahir dari keberadaan manusia sebaiknya disikapi secara bijak dan bukan menjadi akar masalah seperti yang terjadi di Sigi dan Perancis. Abad millenial saat ini hadir dengan seluruh pola hidup canggih dan serba mengandalkan mesin juga tentu memiliki pengaruh atas kejadian yang menimpa di masyarakat karena perdebatan agama yang kerap terjadi. Penggunaan sosial media yang secara masif dalam memprakarsai perselisihan sudut pandang tentang agama tentu harus kita sikapi juga dengan bijak. Jika agama sudah djadikan alat untuk melanggengkan kekuasaan dan keinginan sekelompok orang, maka akan nampak peran agama yang sangat kerdil dan menghapus unsur spiritual yang ada di dalamnya. Agama hadir dalam hidup manusia tentu bukan untuk membatasi dan merampas hak hidup manusia, agama justru menjadi pengingat bagi manusia untuk tidak keluar dari batas norma dan moral hidup manusia sesuai dengan keyakinan yang tumbuh karena kedekatan manusia dengan Tuhan.
      
        Agama hadir dalam rupa yang beragam dan menghampiri setiap manusia yang berbeda baik dari pemikiran, pola hidup, tempat tinggal serta kultur yang ada. Perbedaan ini sudah ada sejak manusia lahir ke dunia dan ketika perbedaan ini muncul tentu dengan warna0wari yang indah dengan satu tujuan mencapai kehidupan yang baik dan sejahtera bagi seluruh umat manusia serta mahluk hidup di bumi.

                             




1 komentar:

  1. Menurut saya ...benar agama itu landasan pembangunan moral sekaligus tuntunan utk melakukan kewajiban dlm agama. Tetapi agama jangan dipakai sebagai tikungan tajam yg berakhir dg masalah PERBEDAAN.

    BalasHapus