Rabu, 24 Juli 2013

Indonesia Cantik dalam sebuah 'Klik' yang modern...

Dewasa ini banyak orang yang menghabiskan waktu senggang mereka dengan bermain sendiri menggunakan gadget yang telah dikemas dengan canggih. Bahkan jika kita berjalan di trotoar, maka akan nampak barisan orang yang sibuk memainkan telepon genggam sambil berjalan menunduk tanpa menghiraukan jalanan dan orang sekitarnya. Kecanggihan dunia teknologi saat ini memang sangat menarik minat kita untuk terus bermain dengan telepon dan bahkan sarana operator yang sangat murah untuk menggunakan internet, seakan menunjang fasilitas para pecinta dunia maya.
Mungkin untuk sebagian orang memakai gadget adalah sesuatu yang meningkatkan prestise atau menambah kesan lebih modern. Sebab pada jaman sekarang jika kita tak memiliki gadget yang berciri khas smart phone atau pun android, dianggap kuno. Di beberapa daerah kecil yang saya kunjungi saat berlibur, banyak saya temukan komunitas anak- anak sekolah yang sibuk bermain telepon genggam di dalam angkot atau jalan raya. Inilah salah satu bentuk perubahan dunia yang sangat mencolok, dan mencengangkan. Jika kita mencermati perubahan yang dianggap sangat modern ini, bisakah kita belajar untuk mengambil sisi positif bagi kearifan lokal masyarakat kita? Mampukah kita menselaraskan antara kemajuan teknologi dengan perkembangan budaya lokal di Indonesia?

Melalui catatan atas kali ini, saya ingin mengajak para pembaca untuk bersama-sama menggunakan manfaat dari gadget yang kita miliki untuk melestarikan budaya Indonesia. Sejak dahulu kita ketahui Indonesia memiliki banyak pulau indah yang membentang. Dari pulau-pulau ini munculah budaya dan istiadat yang sangat unik dan langka. Bahkan tak jarang masyarakat Indonesia sendiri kurang mengetahui tempat-tempat yang penuh dengan ciri khas budaya tersebut. Salah satu contoh dari tempat yang menarik ini adalah Suku Kajang yang memiliki ciri khas anti pada kemajuan teknologi. Keunikan yang dimiliki oleh Suku yang berada di kabupaten Bulukumba ini sangat menonjol dari cara hidup mereka. Memakai baju dan kain yang serba hitam, tidak memakai alas kaki, Serta tidak menggunakan listrik dan alat elektronik dalam kehidupan sehari-hari. Ciri khas yang sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi di desa dan kota-kota lainnya.
Kehidupan Suku Kajang yang dibalut oleh tradisi kuno ini berdasarkan pada kepercayaan pada Kuasa sang pencipta hidup yang dianggap suci dengan alam semesta yang ada. Bagi Suku Kajang, kehidupan yang apa adanya adalah wujud dari rasa syukur. sehingga mereka tidak membutuhkan kemajuan hidup yang berdasar pada perkembangan teknologi. 

Dalam sebuah buku yang berjudul A short history of the world karangan H.G. Wells, menyebutkan bahwa pengetahuan yang kita miliki tentang kehidupan sebelum permulaan manusia, selalu diawali dengan tanda-tanda fosil mahluk hidup di dalam batu-batu endapan. Sehingga ketika peradaban bergulir, kita sering menemukan banyak peninggalan sejarah tentang kehidupan mahluk hidup pada masa lalu. Kisah yang sama ketika saya masuk di perkampungan Suku Kajang dan melihat pola hidup mereka yang sangat primitif namun beradab. Mereka memiliki sebuah daerah kecil untuk menyimpan peninggalan nenek moyang serta memiliki pemakaman suku yang telah ada sejak lama. pemakaman nenenk moyang dengan batu sejarah tersebut menjadi tempat yang sakral bagi mereka sebagai sebuah penghormatan yang suci. Suku Kajang memang belum mengenal kehidupan modern, namun mereka sangat menjunjung tinggi nilai moral yang telah menjadi dasar hidup di dalam komunitas. Suku Kajang memiliki kepala adat yang juga disebut Ammatoa, dan dengan arahan Ammatoa mereka harus hidup dengan saling menghargai sesama di dalam desa itu. Dalam kehidupan sehari-harinya mereka hidup berkebun dan makan dari hasil kebun yang diolah sendiri. Jika mengalami kesulitan, maka mereka akan saling bergotong royong untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Pola hidup lama yang tetap terjaga dan masih dilestarikan oleh kesadaran masyarakat itu sendiri. Perbedaan yang dapat kita lihat dan rasakan, bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia yang telah hidup pada tataran modern dunia, dengan sekelompok masyarakat kecil yang unik dengan tradisinya.
Bagaimana kita dapat mencermatinya sebagai interaksi yang menarik?

Memang tidak mudah untuk menceritakan kekayaan budaya yang kita miliki, jika kita tidak datang dan melihat sendiri, namun kita sudah dapat membaca melalui situs budaya dan menyebarkan melalui jejaring sosial  yang sering kita gunakan untuk berinteraksi dalam kegiatan sehari- hari. Sebagian orang berpendapat tentang hebatnya teknologi yang diadopsi dari dunia barat adalah sebuah keuntungan bagi kita. Namun, alangkah lebih bermanfaat jika kita mampu menggunakan kemajuan teknologi tersebut untuk mempromosikan kekayaan negeri kita pada dunia barat. Seorang penulis buku sejarah dari Inggris yang bercerita tentang budaya Indonesia, Giles Nilton mengatakan betapa indahnya Indonesia dengan segala kekayaan budaya yang ada didalamnya. Sungguh sayang jika generasi muda  yang memilikinya tidak mampu melestarikannya.
Marilah kita memanfaatkan perkembangan jaman yag hebat ini dengan menyebarluaskan keunikan suku-suku yang ada di Tanah Air. Kalau bukan kita sendiri para generasi muda, lantas siapa yang akan bercerita, siapa yang akan melestarikannya hingga dunia benar-benar tahu bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keindahan budaya dan sejarah yang menarik untuk dikunjungi.

Bangsa yang besar, adalah bangsa yang mampu melestarikan nilai budaya dan sejarahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar